Senin, 08 Juli 2013

TAK DIDUGA





Seorang pembawa air memiliki dua buah bejana besar yang setiap hari di pikul di atas bahunya. Salah satu bejana itu memiliki retakan, sedangkan satunya lagi sempurna. Selama dua tahun si pembawa air setiap hari selalu hanya berhasil membawa satu setengah bejana air. Tentu saja bejana yang sempurna itu bangga dengan hasil yang dicapainya; sesuai dan sempurna sebagaimana selayaknya ia diciptakan. Tetapi bejana yang retak malu dengan ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya dan merasa sedih karena ia hanya mampu membawa setengah dari jumlah yang seharusnya ia diciptakan.

Suatu hari di tepi sungai si bejana retak berkata kepada si pembawa air. “Aku malu terhadap diriku dan aku ingin minta maaf kepadamu.” “Kenapa? Apa yang membuatmu merasa malu?” Tanya si pembawa air.

“Selama dua tahun ini aku hanya mampu membawa setengah dari yang seharusnya bisa aku bawa. Semua ini karena retakan di tubuhku yang mengakibatkan air keluar lagi selama perjalanmu kembali dari sungai ke rumah tuanmu. Karena cacatku ini, kamu tidak mendapatkan nilai yang setimpal dengan tenaga yang kamu keluarkan.“ Kata si bejana retak.

Si pembawa air merasa iba kepada si bejana tua yang retak itu dan dengan penuh kasih ia berkata, “Saat nanti kita berjalan kembali menuju ke rumah tuanku, aku mau kamu memperhatikan bunga-bunga indah di jalan setapak sepanjang perjalanan pulang.”

Memang, ketika mereka mulai menaiki bukit, si bejana tua melihat sinar mentari menyinari bunga-bunga liar yang tumbuh indah di sisi jalan setapak. Hal itu membuat dia sedikit terhibur. Di akhir perjalanan, ia masih merasa bersalah karena setengah dari bawaannya telah mengucur keluar, ia kembali minta maaf. Si pembawa air berkata kepada bejana itu, “Apakah kamu menyadari bahwa bunga-bunga di sepanjang jalan setapak itu hanya ada pada sisi dimana engkau ada tapi tidak ada di sisi bejana satu lagi? Itu karena aku selalu tahu mengenai cacatmu dan aku ‘mengambil keuntungan’ darinya. Aku menanam benih-benih bunga di sepanjang sisi jalan dimana kamu ada dan setiap hari ketika kita kembali dari sungai, kamu menyirami mereka. Selama dua tahun aku bisa memetik bunga-bunga indah itu untuk menghiasi meja tuanku. Kalau kamu tidak menjadi sebagaimana kamu ada, tuanku tidak akan pernah menikmati keindahan bunga-bunga itu yang turut menyemarakkan rumahnya”

Saudaraku yang terkasih, setiap dari kita memiliki ‘kecacatan yang unik’. Tapi bila kita mau menerima kekurangan kita dan mencari sisi lainnya untuk perbuatan baik, kita bisa ‘menebar atau menanam benih’ disepanjang jalan kehidupan kita, sehingga kita tidak hanya bisa menikmati keindahan diri sendiri, tetapi juga orang lain akan menikmatinya.

Jalani hidup ini dengan berani karena kita tahu bahwa Allah punya rencana, meskipun di dalam kelemahan kita, Dia sanggup mengubahnya menjadi kekuatan baru. Sebagaimana yang Dia janjikan bagi tiap-tiap orang yang bersandar kepada-Nya.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Allah, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Anda merasa diri cacat? Tak berguna? Sehingga Anda mengutuki diri sendiri dan tidak bisa menerima realita hidup. Tidak kebetulan Anda membaca buku ini, karena saya ingin mengatakan pada Anda, bahwa Yesus Kristus mau menerima dirimu apa adanya, bahkan cacat dan kekuranganmu. Di mata-Nya Anda sangat berharga dan dikasihi Tuhan. Allah tidak akan pernah membuangmu, sebaliknya Dia sanggup memakai kelemahan dan kekuranganmu untuk kemuliaan nama-Nya. 

(Buku: Inspirasi Kehidupan Jilid 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar